Saturday, October 15, 2011

0

anggrek putih

Posted in
ku tatap langit yang semakin kelabu. awan-awan yang bergumpal-gumpal juga seperti menari di bawahnya. sesekali aku menghirup nafas berat. wajahku sepersekian detik mulai memanas, padahal udara bersuhu sekitar 2 derajat celcius. ah tiba-tiba pula ada air yang mengalir melewati pipiku.
hujan tengah oktober..
kini berebut mencapai bumi
seperti peduli ketika aku bergejolak

sudah seharian aku menangis. terisak kuat, kemudian menangis lagi. tapi tak sedikitpun mengusir bayangan itu dari duniaku. bayangan seseorang yang selau menyebutku.. anggrek putih.

***
"huin nancho!" seorang pemuda blasteran jepang memanggilku yang sedang berjalan menuju perpustakaan besar pusat kota seul.
"namaku bukan huin nancho! tapi jaeseumin!" aku berkata sambil membalikkan badan. Hinode, pemuda blasteran jepang itu sudah berada di sampingku.
"aku lebih suka memanggilmu huin nancho, kau indah seperti arti kata itu" terulas sedikit senyum dari wajahnya yang masih terlihat kelelahan. aku hanya diam. berusaha untuk tetap tenang. "mau apa?" aku mengalihkan pembicaraan, mengenai dia yg tiba-tiba mengejarku.
"kau melupakan ini" hinode menjulurkan sebuah gantungan kunci bermodel kelinci. aku terkejut saat melihatnya, itu adalah kenang-kenangan dari ayahku yang baru 1 minggu ini meninggal.
"aku rasa ini sangat berharga untuk mu" dia mengembangkan senyum. "gamsahabnida!"
semenjak kejadian itu, aku tak lagi marah ketika aku dipanggilnya huin nancho.
***
matahari telah memancarkan cahayanya yang hangat. aku sudah siap semua dengan preparat kimia yang akan aku letakkan di lab kimia. karena hari ini, aku yang bertugas untuk membawanya.
"eomeoni, aku berangkat!" teriakku sembari berjalan melewati pintu. 

jalan menuju sekolah cukup melelahkan, apalagi harus melewati beberapa gang sepi yang kadang-kadang membuatku bergidik melewatinya. bukan soal hantu atau sejenisnya, tapi soal preman yang sering berjaga disana.
namun syukurlah, tuhan masih menyayangiku, aku selamat dari gang mengerikan itu.tapi sebelum aku sempat tersenyum lebih lega lagi, seseorang menubrukku dari arah yang berlawanan. dan aku terjatuh.
"pyarr!" preparatku pecah! aku mengutuk orang itu di luar dan di dalam mulut. lama aku memandangi pecahan preparat itu. tiba-tiba perlahan hujan menghantam bumi.
"oh sial!" aku menoleh menatap sang penabrak. aku semakin terkejut. hinode?
"kau!" wajahku seketika merah padam. aku marah! kenapa hinode harus menabrakku! seketika aku langsung menampar wajahnya. "aku membencimu!" aku berlari pergi. entah kenapa, aku merasa sakit..
hujan tengah oktober
 kenapa harus ku temukan dia?
kenapa harus dirinya sebagai hitam, padahal aku berharap dia datang sebagai putih..
sesampainya di sekolah, badanku sempurna basah karena hujan. hujan yang mengguyur badanku, dan hujan yang mengguyur hatiku.
"teng..teng" bel masuk terdengar nyaring. aku masuk ke dalam lab. kimia.
"jaeseumin, mana preparatnya?" jangmi menghampiriku dengan berwajah cemas.
aku menunduk. dan sepertinya dia sudah tau maksud diamku. dia marah! ah ini semua gara-gara hinode! aku benci dia!
setelah seorang guru kimia masuk, semua kelompok membenarkan preparatnya. dan tentu saja, kecuali kelompokku.
"dimana preparatmu?" guru itu menghampiri mejaku.
"joesong haeyo.. preparatnya.." tiba-tiba belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, pemuda blasteran itu datang dengan badan yang basah kuyup.
"maaf aku terlambat, dan oh iya, masalah preparat jaeseumin, aku yang memecahkannya"
aku terpaku. aku senang, aku tidak akan di hkum. tapi, ada yang membuatku ganjil.
"kau tau hukumannya?" guru itu langsung menyuruhnya berlari mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali. ku kembali lebih terkejut. hey! itu ketrlaluan!
***
sudah beberapa hari berlalu setelah kejadian itu. hinode selalu mengirimku bunga anggrek putih. katanya "aku akan meminta maaf dengan imbang! aku akan memberikanmu 5 rangkaian anggrek putih setiap hari!" padahal aku sudah memaafkannya, pada kejadian lari saat itu juga.
sudah ada 4 rangkaian anggrek putih yang menghias kamarku. ini adalah hari kelima bunga anggrek putih itu.
seperti anggrek putih ini, setulus cinta yang menggendang hatiku
terdengar bunyi bib dari ponselku. ada pesan singkat. dari hinode!
    from:hinode
    kau bisa ke taman dekat sekolah sekarang??

    to: hinode
    iya, tentu saja
seperti kilat, kini aku tengah berjalan menuju tempat dimana hinode berada.
***
"hai, sudah lama menunggu?" aku menepuk pundaknya perlahan.
"tidak juga, sini duduk" hindone memperseilahknku. "kau kenapa? tidak biasanya kau seperti ini" aku menatapnya curiga.
"ah hanya perasaanmu saja, ini adalah stlye ku" dia tersenyum. tiba-tiba dia beranjak dari duduknya, lalu berlutut bak seorang pangeran yang memberikan bunganya untuk sang putri.
"aku selalu ingat apa yang kau lakukan ketika aku berusaha menggodamu, yaitu berusaha menghindar. tapi, kali ini, aku mohon jangan. lihatlah dulu aksi ku." dia kembali tersenyum. ah? aksi?? 
hatiku mulai berdebar..
"aku tak pernah menyangka, aku akan bertemu denganmu. aku tak pernah menyangka tuhan akan menjatuh kan hatiku padamu. aku tak menyangka aku bisa memberikan bunga ini padamu..
sejak awal saat itu, aku memanggilmu anggrek putih, kenapa?" kata-katanya terhenti sejenak.
"karena bunga yang teramat aku sukai adalah anggrek putih, dan kau adalah bunga itu. dan lagi, karena ibuku selalu berkata, bunga anggrek putih adalah lambang dari kebaikan, dan itu adalah sifatmu saat pertama kali aku bertemu.."
tak terasa kini aku mulai menahan nafas. hatiku semaki berdebar..
"huin nancho.. aku sangat menyukai mu..bagai mana dengan mu?"
aku gugup. hatiku sudah sangat sulit sekali untuk diatur.
"hei, jangan hanya diam.. jawab pertanyaanku"
"aku tak tau bagaimana sebenarnya perasaanku ini, tapi sepertinya, kau lebih mengetahui aku ketimbang diriku sendiri.." belum sempat aku selesai berucap, tiba-tiba, tubuh tegap tinggi itu terhuyung dan terjatuh di atas pangkuanku. hei? ada apa?!
"heh! apa-apaan kau?! bangun!" aku menggoncang-nggoncangkan tubuhnya. tak lagi sadarkan diri. dengan cepat aku menempelkan telingaku di atas dadanya. tidak terdengar apa-apa..
deg..
seketika seluruh badanku bergetar.. keringat dingin bercucuran dari keningku.
dan tiba-tiba pula, jangmi menghampiriku.
"oh! " dia menutup mulutnya. "aku terlambat.."
tak sengaja aku mendengarkan uapannya, "apaa maksudmu dengan terlambat?" tak terasa air mataku mengalir hangat.
"dia membantah untuk terus mengkonsumsi obatnya.. dia terkena penyakit jantun.. dan penyakit itu berawal dari kejadian prepara itu.." dan tanpa aku suruh, jangmi menceritakan semuanya...
ternyata yang waktu menabrakku itu adalah sorang pencuri yang sedang dikejarnya.
dan yang menggantikanku berlari itu hinode
ternyata pada saat aku membentaknya, penyakit itu tiba-tiba saja menyapa dirinya..
dan yang aku bentak itu hinode
ternyata dari semua kejadian itu, jangmi mengetahuinya,
dan dia marah pada saat itu bukan karena aku dan hinode..
oh tuhan.. kenapa kau harus melimpahkan ini padanya?
kenapa?!
hujan tengah oktober..
kini berebut mencapai bumi
seperti peduli ketika aku bergejolak
hujan tengah oktober..
kenapa harus ku temukan dia?
kenapa harus dirinya sebagai hitam, padahal aku berharap dia datang sebagai putih..
hujan tengah oktober..
saat ku lihat tak lagi dengan kasat mata, kini dia tak lagi ada untukku berkata..

0 comment:

Followers