Next
Previous

Wednesday, December 4, 2013

0

adinda dan abi #waiting for you

Posted in ,
abi..
bolehkah adinda sedikit bercerita?
dahulu kala, ketika adinda berumur sebiji jagung
adinda bertemu dengan seseorang
wajahnya teramat kisut karena tertidur di atas bangku
matanya merah benar bi..
dan abi tau?

Wednesday, June 19, 2013

0

why not paint in a different perspective?

Posted in ,
why not paint in a different perspective?
Kupandangi jendela yang berlapiskan plastik. Ku tatapi jalanan yg masih sepi. Terlihat beberapa orang berlalu lalang. Aku sempat bermimpi bisa seperti mereka, berteman, bermain, punya kekasih, dan berciuman. Tapi itu mimpi yang bahkan aku sendiri takut untuk membayangkan.
Aku terlahir dengan spesial. Hanya oksigen asli yang dapat ku hirup. Selain itu, carbon dioksida, carbon monoksida, dan sejenisnya aku bisa seketika mati. Spesial bukan?
Hanya di kamar bersih ini aku bisa hidup. Alat sterilisasi udara, plastik yg menyelebungi setiap sudut kamar. Duniaku hanya dikamar ini.
Bahkan mama krtika memasuki kamar juga harus melakukan proses pensterilan. Semoga aku tidak mendadak gila.
ini mama bawa makanan buat kamu, makan yg banyak ya! Kalo mau nambah telpon mama aja dia tersenyum kemudian pergi.
Roti isi coklat favoritku. Kuambil lalu aku makan sembari memandang keluar jendela. Banyak jendela di sini. Namun hanya satu yg membuatku tertarik. Pemandangan yang menuju ke arah jalanan. Di sebrangnya ada sebuah rumah tua yang tak terurus, rumputnya tumbuh lebat dimana-mana. Mama bilang itu rumah pembawa sial bagi yang menginjak halaman rumahnya. Omong kosong. Siapa peduli dengan sial, bisa keluar rumah saja sudah beruntung tidak mati.
Aku beranjak dari tempatku. Kuambil kanvas, kuas, cat minyak, dan kipas kecil. Ini kegiatanku satu satunya yang membuatku menjadi waras.
Aku mulai melukis rumah itu kesekian kalinya. Eh tunggu, ada yang berbeda! Ada seorang laki-laki berdiri di antara halaman rumah itu, dia memakai kaos alakadarnya, dia seumuran dengan ku.
Aku menatapnya lama, hingga laki-laki itu tiba tiba membalas tatapanku. Mataku membelalak. Dia melambaikan tangan, dan dia tersenyum.
Tanpa pikir panjang, seketika aku bersembunyi dibalik kanvas, sedikit sedikit mencuri pandang. Siapa laki-laki ini?
Aku kembali melukisnya ketika dia tak lagi memandangku. Aku lukis dia dengan apik namun  sekaligus penuh rasa ingin tahu. Siapa laki-laki langka ini?

Monday, April 8, 2013

0
Posted in , ,

0
Posted in , ,

0
Posted in ,

Followers