Angin yang Membawaku Pergi #part 1
Posted in novel
“Dewi!” Sarah memanggilku dari luar kelas 6a ini. Aku yang
sedang membaca buku Sherlock Holmes sejenak mengangkat kepala. “apa?” jawabku
singkat. “cepat kemari! Ada anak baru!” terdengar banyak suara yang berteriak-teriak
tak jelas. Karena terlalu penasaran, aku berlari keluar.
Ku lihat satu kerumunan di depan gerbang masuk sekolah.
Seorang laki-laki berambut coklat terang, berkulit putih menjadi pusat
kerumunan itu. Wajahnya memang paling tampan diantara para siswa SD laki-laki,
tapi sayangnya, cerita menegangkan yang ditulis oleh Sir Arthur lebih menarik
bagiku.
Sekilas sebelum aku kembali ke tempat duduk, anak laki-laki
itu dan aku sempat saling beradu pandang. Matanya berwarna senada dengan
rambutnya. Pasti pindahan dari luar negri. Aku yakin.
Akhirnya, Pak Edi –wali kelasku menyuruh kerumunan itu
bubar, dan masuk ke kelas masing-masing. Beliau menyuruh anak baru itu untuk
masuk kekelasku. Alhasil, seluruh siswi perempuan selain aku berteriak
histeris, kesenangan. “lebay” gerutuku dalam hati.
“perkenalkan, namaku Lee Yong Jin
, pindahan dari korea
selatan. Mohon kerja samanya” Lee tersenyum amat gembira. Tiba-tiba Sarah
menyenggol sikutku. “apa?” ucapku tanpa memandangnya, karena aku masih sibuk
dengan bacaanku. “Lee memandangmu!” bisiknya. Eh? Ku angkat wajahku perlahan.
Dan benar! Dia melihatku, dan saat bertatapan kedua kalinya, dia tersenyum.
Aku membalas senyum seadanya, lalu kembali melanjutkan
membaca. “Bacaanku lebih berharga ketimbang senyumanmu” batinku.
***
“Tet.. Tet.. Tet” bel tanda istirahat telah terdengar.
Biasanya, para siswa lebih senang berkumpul di kantin Mbok Minah atau Kopsis
Pak Tar. Tapi mungkin hari ini dan seterusnya akan berbeda, mereka lebih senang
berkumpul di kelasku. Ah siapa lagi kalau bukan mengerubungi anak baru? Aku
lebih memilih pergi ke kantin, karena aku berbeda dengan mereka.
Tak lupa membawa buku bacaanku, aku berjalan kea rah Kantin
Mbok Minah. Memesan segelas es jeruk hangat yang menjadi faforitku. Sejenak
mataku berkeliling. Hanya ada beberapa orang disini. Oh Tuhan.
“pada kemana sih neng?” Mbok Minah angkat bicara. “ada anak
baru mbok, dari korsel” ku seruput pelan-pelan minumanku, “korsel? Korsel itu
apa neng?” aku menjawab sambil kembali membaca buku “korea selatan mbo”
tiba-tiba aku terkejut karena tepukan seseorang dari belakang. “hey!” aku
menoleh, ah ternyata kau Vin.
“nggak ikut ngerumunin anak korsel?” Kevin menyindirku. “Aku
haus” jawabku sekenanya. Dia mengambil tempat duduk tepat di sebelahku.
Mengambil buku yang masih ku baca. “hey! Balikin!” tanganku mencoba menggapai
buku itu. “bukannya dia paling ganteng se kerumunan tadi?” tangannya semakin
lincah menghindari sergapanku. “ah balikin!” aku berhasil menyentuh ujung buku
itu, namun sayangnya aku malah terjatuh dari tempat duduk.
“ah..” aku merasa perih di bagian lutut dan siku. Ku lihat
darah segar mengalir dari sana. “waduh Dew, kamu ga papa?” Kevin mencoba
membantuku berdiri. “ga papa, makanya sini balikin bukuku!” ku ambil buku yang
ada di tangannya kemudian pergi. Tentunya dengan kaki pincang. “ga papa
gimana?!” rasanya badanku melayang, saat aku sadari, ternyata Kevin
menggendongku menuju UKS.
Sesampainya di UKS, Kevin segera menmengambil perban,
beberapa kapas, alcohol, dan gunting dari kotak p3k. kemudian isi alcohol itu di
tuangkan sedikit di atas satu lembar kapas, dan mengusapnya di atas lukaku. Aku
sedikit meringis, dingin dan perih.
Setelah berhasil menutup luka itu, wajahnya menatap ubin
UKS. “maaf” ucapnya sembari berdiri. “jahilku kelewatan” “ga papa, hehe” aku sedikit
tersenyum.
“kamu ga papa?” Lee dengan terburu-buru muncul dihadapanku.
Aku sedikit terkejut, “ga papa, ngapain kamu kesini?” salah satu tangan Lee
mengelus dada. “Syukurlah, eh, kamu Kevin?” tidak menjawab pertanyaanku, dia
malah menanyakan keberadaan Kevin. “Seharusnya kau bilang kalau kau juga
bersekolah disini!” Lee memukul pelan bahu Kevin. Aku heran, “kalian saling
kenal?” tanyaku. “kami ini saudara beda Ibu!” pantas saja aku seperti
melihat mereka sedikit mirip.
Dan di hari itu, pertama kalinya aku merasa teramat
berharga.
0 comment: