Tuesday, June 19, 2012

0

Angin yang Membawaku Pergi #part 1

Posted in

“Dewi!” Sarah memanggilku dari luar kelas 6a ini. Aku yang sedang membaca buku Sherlock Holmes sejenak mengangkat kepala. “apa?” jawabku singkat. “cepat kemari! Ada anak baru!” terdengar banyak suara yang berteriak-teriak tak jelas. Karena terlalu penasaran, aku berlari keluar.
Ku lihat satu kerumunan di depan gerbang masuk sekolah. Seorang laki-laki berambut coklat terang, berkulit putih menjadi pusat kerumunan itu. Wajahnya memang paling tampan diantara para siswa SD laki-laki, tapi sayangnya, cerita menegangkan yang ditulis oleh Sir Arthur lebih menarik bagiku.
Sekilas sebelum aku kembali ke tempat duduk, anak laki-laki itu dan aku sempat saling beradu pandang. Matanya berwarna senada dengan rambutnya. Pasti pindahan dari luar negri. Aku yakin.
Akhirnya, Pak Edi –wali kelasku menyuruh kerumunan itu bubar, dan masuk ke kelas masing-masing. Beliau menyuruh anak baru itu untuk masuk kekelasku. Alhasil, seluruh siswi perempuan selain aku berteriak histeris, kesenangan. “lebay” gerutuku dalam hati.
“perkenalkan, namaku Lee Yong Jin
, pindahan dari korea selatan. Mohon kerja samanya” Lee tersenyum amat gembira. Tiba-tiba Sarah menyenggol sikutku. “apa?” ucapku tanpa memandangnya, karena aku masih sibuk dengan bacaanku. “Lee memandangmu!” bisiknya. Eh? Ku angkat wajahku perlahan. Dan benar! Dia melihatku, dan saat bertatapan kedua kalinya, dia tersenyum.
Aku membalas senyum seadanya, lalu kembali melanjutkan membaca. “Bacaanku lebih berharga ketimbang senyumanmu” batinku.
***
“Tet.. Tet.. Tet” bel tanda istirahat telah terdengar. Biasanya, para siswa lebih senang berkumpul di kantin Mbok Minah atau Kopsis Pak Tar. Tapi mungkin hari ini dan seterusnya akan berbeda, mereka lebih senang berkumpul di kelasku. Ah siapa lagi kalau bukan mengerubungi anak baru? Aku lebih memilih pergi ke kantin, karena aku berbeda dengan mereka.
Tak lupa membawa buku bacaanku, aku berjalan kea rah Kantin Mbok Minah. Memesan segelas es jeruk hangat yang menjadi faforitku. Sejenak mataku berkeliling. Hanya ada beberapa orang disini. Oh Tuhan.
“pada kemana sih neng?” Mbok Minah angkat bicara. “ada anak baru mbok, dari korsel” ku seruput pelan-pelan minumanku, “korsel? Korsel itu apa neng?” aku menjawab sambil kembali membaca buku “korea selatan mbo” tiba-tiba aku terkejut karena tepukan seseorang dari belakang. “hey!” aku menoleh, ah ternyata kau Vin.
“nggak ikut ngerumunin anak korsel?” Kevin menyindirku. “Aku haus” jawabku sekenanya. Dia mengambil tempat duduk tepat di sebelahku. Mengambil buku yang masih ku baca. “hey! Balikin!” tanganku mencoba menggapai buku itu. “bukannya dia paling ganteng se kerumunan tadi?” tangannya semakin lincah menghindari sergapanku. “ah balikin!” aku berhasil menyentuh ujung buku itu, namun sayangnya aku malah terjatuh dari tempat duduk.
“ah..” aku merasa perih di bagian lutut dan siku. Ku lihat darah segar mengalir dari sana. “waduh Dew, kamu ga papa?” Kevin mencoba membantuku berdiri. “ga papa, makanya sini balikin bukuku!” ku ambil buku yang ada di tangannya kemudian pergi. Tentunya dengan kaki pincang. “ga papa gimana?!” rasanya badanku melayang, saat aku sadari, ternyata Kevin menggendongku menuju UKS.
Sesampainya di UKS, Kevin segera menmengambil perban, beberapa kapas, alcohol, dan gunting dari kotak p3k. kemudian isi alcohol itu di tuangkan sedikit di atas satu lembar kapas, dan mengusapnya di atas lukaku. Aku sedikit meringis, dingin dan perih.
Setelah berhasil menutup luka itu, wajahnya menatap ubin UKS. “maaf” ucapnya sembari berdiri. “jahilku kelewatan” “ga papa, hehe” aku sedikit tersenyum.
“kamu ga papa?” Lee dengan terburu-buru muncul dihadapanku. Aku sedikit terkejut, “ga papa, ngapain kamu kesini?” salah satu tangan Lee mengelus dada. “Syukurlah, eh, kamu Kevin?” tidak menjawab pertanyaanku, dia malah menanyakan keberadaan Kevin. “Seharusnya kau bilang kalau kau juga bersekolah disini!” Lee memukul pelan bahu Kevin. Aku heran, “kalian saling kenal?” tanyaku. “kami ini saudara beda Ibu!” pantas saja aku seperti melihat mereka sedikit mirip.
Dan di hari itu, pertama kalinya aku merasa teramat berharga.

0 comment:

Followers